Sabtu, 16 Oktober 2010

5. proses produksi sasaringan

Proses Produksi
1. Pendahuluan

Kain sasirangan banyak dibuat oleh pengusaha industri kecil di Kalimantan Selatan. Seperti halnya batik di Pulau jawa, kain sasirangan merupakan ciri khas daerah Kalimantan Selatan. Kain sasirangan adalah merupakan kain yang menerapkan proses pewarnaan dengan cara rintang yaitu dijahit menggunakan benang atau tali rafia menurut corak yang dikehendaki. Desain corak didapatkan dari jahitan atau dikombinasi dengan ikatan maupun komposisi warna yang dibuat. Kain sasirangan dapat dibuat dari bahan mori dengan berbagai kwalitas seperti mori primissima, mori prima, mori biru, mori voalissima, bahan sutera, rayon maupun synthetic.

Secara garis besar urutan proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut :

 
Image
2. Proses Awal / Persiapan (Penghilangan Kanji)

ImageDalam perdagangan biasanya kain dijual dalam keadaan telah difinish atau dikanji, dimana kanji tersebut dapat menghalangi penyerapan zat warna. Oleh karena itu kain harus diproses persiapan / penghilangan kanji agar kain mempunyai daya serap terhadap zat warna.

Untuk menghilangkan kanji dapat dilakukan dengan 3 cara :
  • Perendaman biasa, bahan direndam dalam air selama satu atau dua hari, kemudian dibilas. Cara ini tidak banyak disukai, karena banyak memakan waktu dan ada kemungkinan timbul mikro organisme yang akan merusak kain.
  • Perendaman dengan asam, kain direndam dalam larutan asam sulfat atau asam chlorida selama satu malam. Apabila larutan dipanaskan pada suhu 35' C maka waktu pengerjaan dapat disingkat hingga menjadi 2 jam saja. Setelah proses maka kain dibilas dengan air sehingga bebas dari asam.
  • Rendaman dengan enzym, bahan dimasak dengan suatu larutan enzym (Rapidase, Novofermasol dan lain-lain) pada suhu 45' C selama 30 s/d 45 menit. Setelah pemasakan kain dicuci dalam air panas dua kali masing-masing 5 menit, kemudian dicuci dingin sampai bersih.

3. Pembuatan Pola Desain dan Jahitan
.

ImageKain yang sudah bebas dari resin finish atau kanji maka siap dipotong guna diberi pola. Pemotongan kain menurut kebutuhan misalnya untuk kemeja , gaun selendang atau yang lain. Selanjutnya kain dijahit menggunakan benang sesuai pola dengan jarak 1 - 2 mm atau 2 -3 mm. Benang ditarik kencang samapai kain menjadi rapat dan membentuk kerutan-kerutan.

Benang berfungsi sebagai perintang oleh sebab itu bahan perintang mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

  • Tidak dapat terwarnai oleh zat warna, sehingga mampu untuk mewarnai zat warna.
  • Benang mempunyai konstruksi anyaman maupun twist benang yang padat.
  • Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi.
Sebagai bahan perintang/pengikat dapat berupa : benang kapas, benang polyester, rafia, benang ban, serat nanas dan lainnya.

ImagePola atau motif yang dipakai pada kain sasirangan antara lain : kembang tampuk manggis, iris pudak, naga balimbur, bayam raja, kulit kayu, kulit kurikit, sarigading dan lain-lain.
 4. Pewarnaan pada Kain

Pewarnaan adalah pemberian warna yang merata pada suatu bahan yang mempunyai sifat kurang lebih permanent. Pada umumnya pewarnaan terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain kemudian bahan tekstil dimasukkan atau dicolet dengan larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.

ImageYang penting dalam pewarnaan adalah kerataan warna pada bahan artinya terdapat kerataan yang maksimum dalam pembagian zat warna pada bahan. Masing-masing zat warna mempunyai cara pewarnaan yang berbeda dan pemakaian zat warna disesuaikan dengan jenis serat serta ketahanan luntur yang diinginkan.

Dalam proses pewarnaan kain sasirangan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
  • Pencelupan. Apabila diinginkan hanya satu warna saja, maka dapat dikerjakan proses pencelupan. kain dicelup kedalam larutan zat warna dan obat-obat pembantu, sehingga kan dihasilkan kain berwarna yang merata kecuali pada bekas jahitan/sirangan akan tetap berwarna putih.
  • Pencoletan. Kain yang telah disirang diberi warna dengan cara dicolet di atas sirangannya maupun diantara sirangan. banyaknya warna bisa lebih dari satu atau dua warna tergantung dari motif dan macam warna yang diinginkan.
  • Pencelupan dan Pencoletan. Pada cara ini mula-mula kain dicelup warna muda sebagai dasar warna. Kemudian dicolet dengan warna yang lebih tua.

Sayarat-syarat zat warna antara lain :

    * Harus mempunyai warna, jadi mengabsorpi cahaya tampak.
    * Dapat larut dalam pelarut, umumnya air atau mudah dilarutkan.
    * Zat warna harus mempunyai affinitas terhadap serat (dapat menempel).
    * Mempunyai sifat yang cukup baik seperti : tahan cuci, tahan sinar.
    * Zat warna harus dapat berdifusi pada serat.
    * Zat warna harus mempunyai susunan yang stabil setelah meresap ke dalam serat.

Jenis Jenis zat warna yang dikenal antara lain :

    * Zat warna Directt
    * Zat wawrna Basis
    * Zat warna Asam
    * Zat warna Belerang
    * Zat warna Hydron
    * Zat warna Bejana
    * Zat warna Bejana Larut
    * Zat warna Napthol
    * Zat warna Dispersi
    * Zat warna reaktif
    * Zat warna Rapid
    * Zat warna Pigmen
    * Zat warna Oksidasi

Selain zat warna di atas ada lagi zat warna yang kini lagi trend digunakan unutk menambah kesan anggun dan mewah pada kain digunakan yaitu zat warna prada. Pemberian warna prada dikerjakan pada bagian tertentu misalnya di tepi bekas sirangan maupun di tempat lain sesuai dengan yang diinginkan .
5.  Pelepasan Jahitan, Pencucian dan Pengeringan
ImageSetelah proses pewarnaan kain sasirangan, kemudian jahitan jelkujur pada kain di lepas. Setelah itu  kain dicuci sampai bersih.  kain yang sudah dicuci kemudian di jemur pada temapt yang sudah disediakan dengan syarat tidak boleh terkena sinar matahari.
 6. Finishing
ImageProses terakhir yaitu proses penyempurnaan berupa merapikan kain agar tidak kumal yaitu dengan menyetrikanya. Penyetrikaan dilakukan secara manual dengan menggunakan setrika listrik. Kegiatan ini dilakukan secara hati-hati apalagi kalau bahan yang disetrika terbuat dari kain sutera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar